Durian Termahal di Dunia (Kegemaran Si Raja Judi, Stanley Ho) Dijual di Surabaya
Pada
April 2010 lalu, kita sempat dibuat geleng-geleng kepala ketika membaca
berita bahwa salah satu orang terkaya di Asia, Stanley Ho (Ho
Hung-Sun), si Raja Judi yang berbasis di Macau dan Hongkong itu khusus
mengirim pesawat jet pribadinya ke Singapura hanya demi
memborong 88 buah durian Mao Shan King kegemarannya. Durian asal
Malaysia itu dia beli di Toko 818 Durian Stall di Telok Kurau Road,
Singapura, dengan harga total US$ 2.065, atau sekitar Rp 18 juta (kurs
pada waktu itu). Atau sekitar Rp. 205.000/buah.
Tentu
saja uang sejumlah demikian hanyalah merupakan uang receh baginya.
Biaya transportasi oergi-ulang pesawat pesawat jet pribadi yang dikirim
dari Hongkong atau Macau itu pasti jauh lebih mahal lagi daripada harga
total durian yang dia beli itu.
Kenapa yang dia beli itu mesti jumlahnya 88 buah? Kemungkinan ini masih ada hubungan kepercayaannya dengan angka feng-shui.
Apakah harga duriannya memang semahal itu? Ataukah karena faktor Stanley Ho yang beli, maka harganya bisa “melewati langit” itu?
Yang
pasti sepengetahuan saya, dengan harga mencapai Rp. 205.000/buah
ditambah dengan biaya terbang pesawat jet pribadinya itu pergi-pulang
Hongkong/Macau – Singapura itu, membuat durian Mao Shan King ini adalah
durian termahal di dunia sampai saat ini.
Berita selengkapnya dapat Anda baca di sini.
Tak
disangka-sangka, saya belum lama ini menemukan durian kegemaran Si Raja
Judi itu, Durian Mao Shan King, tidak jauh dari kediaman saya di
Surabaya. Di sebuah toko buah terbesar di Surabaya, di sebuah kawasan
elit kota Surabaya, durian termahal di dunia itu dijual.
Mau
tahu harganya? Durian asal Malaysia itu dijual dengan harga Rp
465.000/pak! Per pak beratnya sekitar ½ kg. Hebatnya lagi, ternyata ada
yang mempunyai “nyali” untuk membelinya. Mungkin karena terpengaruh juga
kliping berita tentang Stanley Ho membeli durian dengan pesawat jet
pribadinya itu yang ditempel di dekat durian-durian itu diletakkan.
Bagaimana
rasanya? Karena saya tidak berani membelinya, maka saya tidak tahu.
Tetapi apakah sudah pasti rasanya jauh lebih enak daripada durian asal
Indonesia yang harganya 1/10 lebih murah? Belum tentu. Apalagi jika
dibandingkan dengan durian di kota asal saya, Fakfak, Papua Barat.
Untuk
diketahui kota Fakfak, selain terkenal dengan buah palanya, sehingga
mendapat julukan “Kota Pala”, Fakfak juga terkenal dengan buah duriannya
yang lezat-lezat. Karena jumlah yang dipanen sering melebihi kebutuhan
kota Fakfak, maka harganya jauh lebih murah daripada harga durian di
Pulau Jawa. Tetapi soal rasanya, pada umumnya lebih enak daripada
durian-durian lokal di Jawa. Karena biasanya di Fakfak, para petaninya
betul-betul menunggu duriannya jatuh sendiri dari pohonnya baru dijual.
Tidak seperti kebanyakan di Jawa, yang biasanya panennya tidak menunggu
sampai jatuh sendiri dari pohonnya, tetapi dipetik. Maka
rasanya biasanya tidak seenak durian Fakfak. Sekarang, seringkali buah
durian asal Fakfak dikirim ke kota-kota lain di Papua. Bahkan keluar
Papua.
Seandainya
Stanley Ho pernah merasakan enaknya durian Fakfak, mungkin dia akan
mengirim juga pesawat jet pribadinya ke Fakfak untuk memborong
duriannya. Kalau Si Raja Judi ini lebih memahami seni mengkonsumsi
durian yang sesungguhnya, yakni sedapat mungkin langsung dimakan setelah
jatuh dari pohonnya (tidak sampai lewat sehari), tentu dia akan khusus
ke Fakfak khusus untuk makan durian yang baru jatuh di Fakfak. ***
Comments
Post a Comment